PAPER
TEKNOLOGI
PRODUKSI TANAMAN
“BUDIDAYA
BUNGA KRISAN”
Disusun
Oleh :
Amalia
Suci Permatasari 115040101111057
Annisa
Qurratu Aini 115040100111020
Anggi
Rahayu Prastanti 115040100111188
Arya
Satwika Nugraha 115040100111009
Kelas T
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah
satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat
serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping memiliki keindahan karena
keragaman bentuk dan warnanya. bunga krisan juga memiliki kesegaran yang
relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa
pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan pasar.
Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai
bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Sebagai
tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel,
restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias,
krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan
penghasil racun serangga (hama).
Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan
merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat
1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang
dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C.
frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan
yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri,
terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer
di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk
mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan
konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning,
sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang
merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.
Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu
jenis spray dan standard. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat
10 — 20 kuntum bunga berukuran kecil . Sedangkan jenis standard pada satu
tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga
krisan yang biasa dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga
krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah Tunggal, Anemone,
Pompon, Dekoratif, Bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).
Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga
yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai
batang yang tegar dan kekar, sehingga bunga potong menjadi awet dan tahan lama.
Krisan merupakan
salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada perdagangan tanaman hias
dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh
beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong, serta Eropa
seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999).
Krisan menempati
urutan kedua setelah bunga mawar. Dari waktu ke waktu permintaan terhadap bunga
krisan baik dalam bentuk bunga potong maupun dalam pot mengalami kenaikan.
Sebagai gambaran proyeksi kebutuhan bunga potong di Jakarta pada tahun 1999
berjumlah 58.992.100 tangkai bunga, 20 persen diantara adalah krisan (Rukmana
dan Mulyana, 1997). Selain itu dijelaskan lebih lanjut bahwa Flower Council
of Holland, Belanda, meramalkan konsumsi bonga potong dan tanaman pot dunia
pada periode 1993 – 1997 meningkat dari 68 milyar menjadi 78 milyard gulden.
Sekalipun telah banyak dibudidayakan di Indonesia, tetapi tanaman krisan masih
belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih lagi untuk kebutuhan
ekspor.
II.
DESKRIPSI
BUNGA KRISAN
Nama
Umum Bunga Krisan
· Indonesia : Bunga Krisan, Seruni
· Pilipina : Manzanilla
· Cina : Ye Ju Hua
Klasifikasi
Bunga Krisan
· Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
· Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
· Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
· Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
· Sub Kelas :
Asteridae
· Ordo :
Asterales
·
Famili : Asteraceae
· Genus : Chrysanthemum
·
Spesies : Chrysanthemum x grandiflorum
Tanaman Krisan dengan nama
Internasional Chrysanthemum atau disebut mum, terdiri dari banyak
specis. Dari banyaknya species inilah kemudian mulai dikembangkan/ disilangkan
oleh para pemulia, sehingga menghasilkan banyak cultivar yang baru dan hibrida.
Dalam penggunaannya krisan di kategorikan dalam tiga jenis, yaitu: cut mum (krisan
potong), pot mum (krisan pot), dan garden mum (krisan kebun).
III.
JENIS-JENIS
BUNGA KRISAN
Keluarga tanaman krisan
relatif banyak, seperti yang asli di Sulawesi Utara, yang dikenal seruni
Walanda (Crysantenum indicum) ada yang Seruni Walanda Beureum (merah), Seruni
Walanda Bodas (putih), Seruni Walanda Tambaga (coklat) dan Seruni Walanda (Kuning)
Clereg.F.S.A, (1871). Setiap anggota keluarga memiliki kelebihan. Jenis-jenis
tanaman krisan selain yang digunakan sebagai bunga potong, juga ada yang dapat
digunakan sebagai bumbu, lalapan dan sebagai penangkal nyamuk. Beberapa jenis
krisan seperti :
1. Chrysanthemum frutescens (marguerite)
;
Tinggi tanaman 0.5 m. Krisan jenis ini
bunnganya kecil-kecildengan mahkota hanya selapis, berwarna putih dengan kuntum
banyak diameter bunga antara 4-6 cm.
2. Chrysanthemum indicum
Terkenal dengan sebutan Chinese
chrysantemum. Sementara di Cina terkenal dengan nama dendranthema indicum.
Krisan ini memiliki stolon, sehingga dapat merambat di permukaan tanah. Tinggi
tanaman antara 50-90 cm. Lebar daun sekitar 3 cm. Mahkota bunga berwarna kuning
dan bagian benang sari berwarna kuning tua. Dinegeri 4 musim, berbunga pada
musim semi.
3.
Chrysanthemum argenteum
Nama lainnya Tanacetum argenteum dan nama
umumnya Asia minor. Tinggi tanaman 10-15 cm. Daunnya tertutup dengan rambut
halus berwarna perak. Bunganya soliter berwarna putih.
4.
Chrysanthemum balsamita
Krisan jenis ini menjadi indukan untuk
menghasilkan krisan hibrid beraroma wangi. Bahkan daunnya juga wangi. Selain
untuk Mother Plant, tanaman ini juga digunakan sebagai campuran untuk teh,
salad dan sup. Bahkan ada yang menyebut krisan ini sebagai lavender dan juga
dikenal sebagai geranium mint. Diameter bunganya hanya 1 cm. Tanaman ini
berasal dari Asia Barat.
IV.
SYARAT
TUMBUH BUNGA KRISAN
1. Krisan
dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian tempat d iatas permukaan laut
sekitar 700- 1200 m.
2. Dapat
tumbuh hampir disemua tanah, dengan persyaratan mengandung banyak hara dalam
tanah itu, sedangkan derajat keasaman (pH) yang baik untuk tanaman krisan
adalah 5,5 – 6,5.
3. Kelembaban
90 – 95% pada awal pertumbuhan akar dan 70-85% pada tanaman dewasa.
4. Pada
fase vegetatif, krisan membutuhkan kisaran suhu optimal 220 C – 280C
pada siang hari dan tidak melebihi 260C pada malam hari. Sedangkan
untuk fase generatif adalah 160C- 180C.
5. Kadar
CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk
memacu fotosintesis antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam
bangunan tertutup, seperti rumah plastic, greenhouse, dapat ditambahkan CO2
hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
V.
TEKNIK
BUDIDAYA
1.
PEMBIBITAN
- Persyaratan Bibit : Bibit
diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat,
bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
- Penyiapan Bibit :
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan:
1.
Bibit
asal anakan
2.
Bibit
asal stek pucuk: Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk
yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan
atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban
30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah
dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam
kantong plastik rata-rata 50 stek.
3.
Penyiapan
bibit dengan kultur jaringan: Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan
pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10
menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium
MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara
kultur jaringan:
· Medium MS padat ditambah 150 ml air
kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling
baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29
hari, sedangkan perakaran 26 hari.
· Medium MS padat ditambah 150 ml air
kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas
waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
· Medium MS padat ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah
0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur
21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua
tahap yaitu:
1. Stok tanaman induk : Fungsinya
untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman
Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk
disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk
menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi
sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang
dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat
dipilih Growlux SL 18 Philip.
2. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
· Pemangkasan pucuk, dilakukan pada
umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk
yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
· Penumbuhan cabang primer. Perlakuan
pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas
ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
· Penumbuhan cabang sekunder. Pada
tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap
cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
c. Teknik Penyemaian Bibit
ΓΌ Penyemaian di bak : Siapkan
tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25
cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak
dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril
hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman
1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup
plastik yang transparan di seluruh permukaan.
ΓΌ Penyemaian kultur jaringan :
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril
dan bersungkup plastik tembus cahaya.
d. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian,
yaitu:
v Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu
penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan
vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit.
Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa
hari sebelum pindah ke lapangan.
v Pemeliharaan pada kultur jaringan
dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar,
diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.
e. Pemindahan Bibit, yaitu:
o
Bibit
stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai.
o
Bibit
dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan
setinggi 7,5-10 cm.
2.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM
- Pembentukan Bedengan :
Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur,
keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil
dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi
20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40
cm.
- Pengapuran : Tanah yang
mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian
misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah.
Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 =
3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara
disebar merata pada permukaan bedengan.
3. TEKNIK
PENANAMAN
- Teknik Penanaman Bunga Potong
·
Penentuan
Pola Tanam. : Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat
dibudidayakan secara monokultur.
·
Pembuatan
Lubang Tanam : Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang
tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen
yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
·
Pupuk
Dasar : Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75
gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan
merata pada tanah sambil diaduk.
·
Cara
Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug
dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan
furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah
disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal
batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara
dari sungkup plastik transparan.
- Teknik Penanaman untuk
Memperpendek Batang : Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga
potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a.
Pengaturan
dan Penambahan Cahaya : Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian
tanaman yang dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70
cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode
berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila
dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada
tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif
antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan. Cara pengaturan dan penambahan
cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu
dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30
menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu
TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
b.
Pemupukan :
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue
dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis
pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram
ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk
Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan,
cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri
dan samping kanan.
c.
Pembuangan
Titik Tumbuh : Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari
setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d.
Penjarangan
Bunga : Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga
hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
- Teknik Penanaman untuk Bunga
Pot : Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang
berisi media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi
(1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu
dengan penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot
kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung
dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir
multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan menambahkan
hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek.
Untuk mendapatkan bunga yang besar
dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan
hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot
dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
4.
PEMELIHARAAN TANAMAN
- Penjarangan dan Penyulaman :
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan
bibit yang baru.
- Penyiangan : Waktu
penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan
dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput
liar.
- Pengairan dan Penyiraman :
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan
dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh.
Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes
hingga tanah basah.
5.
HAMA DAN PENYAKIT
5.1
HAMA
a.
Ulat
tanah (Agrotis ipsilon)
- Gejala: memakan dan memotong
ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
- Pengendalian: mencari dan
mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
b.
Thrips
(Thrips tabacci)
- Gejala: pucuk dan tunas-tunas
samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu,
terutama pada permukaan bawah daun.
- Pengendalian: mengatur waktu
tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang
mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
c.
Tungau
merah (Tetranycus sp)
- Gejala: daun yang terserang
berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak
kuning sampai coklat.
- Pengendalian: memotong bagian
tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
d.
Penggerek
daun (Liriomyza sp)
- Gejala: daun menggulung
seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan
daun.
- Pengendalian: memotong daun
yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
5.2
PENYAKIT
a. Karat/Rust
- Penyebab: jamur Puccinia sp.
karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan
oleh P horiana P.Henn.
- Gejala: pada sisi bawah daun
terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam
yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat
meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.
- Pengendalian: menanam bibit
yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar
jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
b. Tepung oidium
- Penyebab: jamur Oidium
chrysatheemi.
- Gejala: permukaan daun
tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan
mengering.
- Pengendalian:
memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
c. Virus kerdil dan mozaik
- Penyebab: virus kerdil krisan,
Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum
Mild Mosaic Virus).
- Gejala: tanaman tumbuhnya
kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada
tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
- Penyakit kerdil ditularkan
oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun.
- Virus mosaik menyebabkan daun
belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
- Pengendalian: menggunakan
bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat
pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian
vektor virus.
6.
PANEN
· Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen adalah
ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray
75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan
setelah tanam.
· Cara Panen
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari,
saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum.
Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut
seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen,
potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan
tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
· Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada
jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
7.
PASCAPANEN
1.
Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu
ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkai simpan pada rak-rak.
2.
Penyortiran
dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan
tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau
terserang hama. Buang daun-daun tua pada pangkal tangkai. Kriteria utama bunga
potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan
penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
v
Kelas
I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih
dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
v
Kelas
II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal
yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai
bunga kurang dari 5 mm.
3.
Pengemasan
dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok
dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga
krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
DAFTAR
PUSTAKA
Amirullah, Andi. 2012. Budidaya Bunga Krisan. http://amiere.multiply.com/journal/item/117/Budidaya-Bunga-Krisan-C.-morifolium-Ramat-C.-indicum-C.-daisy-?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
Diakses tanggal 24 September 2012.
Amor.
2012. Bunga Krisan. http://www.plantamor.com/index.php?plant=319.
Diakses tanggal 24 September 2012.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta. 2011. Teknik Penanaman Bunga Krisan. http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=214:teknik-penanaman-bunga-krisan&catid=14:alsin.
Diakses tanggal 24 September 2012.
Budiarto, K.,Y. Sulyo, Ruud Maaswinkel dan S. Wuryaningsih.
2006. Budidaya Krisan Bunga Potong. Prosedur sistem produksi, Jakarta.
Emirgarden. 2009. Budidaya Krisan (Bagian I). http://emirgarden.blogspot.com/2009/02/budidaya-krisan-bagian-i.html.
Diakses tanggal 24 September 2012.